Monday, September 11, 2017

Siapa Suruh Datang Jakarta ?


Jakarta, The city that never sleeps, begitu kebanyakan orang menyebutnya.

Saya sendiri masih belum menyangka kalo saya sudah memasuki tahun keempat tinggal di ibukota Indonesia ini. Kota yang dulunya  tidak pernah terlintas di benak saya untuk jadi tempat tinggal. Kota yang dulunya hanya bisa saya liat di stasiun Televisi dengan dengan segala kegemerlapan dan kemegahannya. 

Seketika terlintas di benak saya, ketika beberapa tahun lalu pertama kali menginjakkan kaki menjadi warga asli Jakarta untuk mengadu nasib selepas lulus kuliah, pertama kali naik angkutan umum Kopaja, pertama kali naik Commuter Line, pertama kali naik Busway, rasanya seperti menapaki kehidupan baru yang saya sendiri belum pernah membayangkannya. Kehidupan yang saya juga tidak pernah tahu, apa yang akan saya hadapi kedepannya.

Jakarta,  semua hal bisa ditemui dari segala bentuk kejahatan maupun segala bentuk kebaikan. Bagi saya yang hidup merantau tanpa adanya keluarga dekat, cukup berat untuk bisa survive dengan segala bentuk godaan negatif yang ada. Segala hal kenikmatan dunia bisa ditemui disini, apalagi tanpa ada orang yang mengekang (a.k.a orang tua),  you can do everything that you want.

Siapa suruh datang Jakarta?  Takdir. Mungkin itu adalah jawaban yang paling pas, karena memang saya sendiri tidak tahu jawabannya,  saya datang, tinggal dan mencari nafkah di Jakarta seakan-akan sudah digariskan dalam takdir. Takdir Allah lah yang bekerja disini, yang mengantarkan saya pada titik ini. Titik dimana saya telah merasakan pahit manisnya mencari nafkah di ibukota. titik dimana saya hampir menemukan jati diri saya, kenapa (hampir)? karena memang saya masih dalam proses pencarian, proses perbaikan menjadi seseorang yang mapan secara ilmu.

Bersykur yang tak terhingga, sampai dengan saat ini saya masih di dekatkan dengan orang-orang dan lingkungan yang selalu mengajak dalam kebaikan, selalu mengingatkan tentang kebesaranNya, selalu mengingatkan diri ini untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Semesta seakan-akan mendukung diri ini untuk selalu berjalan di jalan yang benar (walalupun terkadang sedikit
berbelok).

Jakarta, mungkin untuk saat ini menjadi tempat tinggal yang cukup aman dan tepat untuk mencari nafkah dan ilmu dan mungkin jodoh juga (haha). Who knows ? besok, bulan depan, tahun depan Allah masih menakdirkan saya untuk tetap tinggal di ibukota ini lagi atau tidak. Dimana pun nanti takdir membawa saya, semoga Allah selalu mengiringi langkah saya dalam kebaikan.




Jakarta, 12 September 2017
*pict from : jepretan sendiri waktu aksi 212 di jakarta, resolusi kecil krna diambil dr instagram krn file asli nya ntah kemana perginya*




0 comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak anda :)