Traveling, ntah
sejak kapan pastinya saya menemukannya ini sebagai Hobby, mungkin sejak memasuki dunia perkuliahan atau mungkin sejak saya mulai mengenal alam. Saya lahir dari keluarga yang tidak mengajarkan untuk suka traveling
sejak kecil walaupun hidup keluarga saya nomaden tapi sangat jarang sekali
orang tua saya mengajak untuk mengunjungi tempat-tempat baru untuk dijelajahi.
Sifat orang tua saya yang over protective menyebabkan saya tidak bebas pergi
kemanapun yang saya mau tanpa izin mereka. Birokrasi perizinan nya selalu alot
apapun alasannya. Bahkan ketika saya SMA dan akan ikut SIMAK UI di
Pekanbaru(waktu itu saya tinggal di Medan), saya harus ditemani ayah Padahal
teman-teman seperjuangan pergi tanpa orang tua mereka masing2. Membosankan
bukan ? HAHA
Semasa SMP-SMA di
Medan saya dibentuk jadi anak rumahan, tidak boleh nginap, pulang tidak boleh
pulang lebih dari jam 7 malam, tidak boleh pacaran, dan banyak hal yang tidak boleh lainnya. Mungkin
saat itu Ibu saya terlalu khawatir karena kondisi saat itu Ayah saya sering tidak
stand by dirumah. Ayah harus pulang-pergi Aceh-Medan dalam rentang waktu tidak
menentu. Ayah masih bekerja di Aceh saat kita sekeluarga sudah di Medan. Bahkan
saya pernah tidak ketemu Ayah selama 3 bulan karena memang kondisi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan perjalanan ke Medan. Jalur darat masiih rawan dan
dikuasai GAM. Pada waktu itu transportasi yang memungkinkan cuma jalur darat
karena Pesawat masih sangat tidak terjangkau harganya.
Menginjak bangku
kuliah, sebenarnya Ibu belum merestui sepenuhnya untuk saya kuliah di Bandung.
Saya milih Unpad sebagai pilihan pertama dalam SNMPTN dan itu tanpa
sepengetahuan ibu. Saya memberitahu pilihan SNMPTN saya ketika saya sudah
mengumpulkan lembar nya ke Panitia (HAHAHA). Ibu saya agak kaget tapi beliau dengan
semangatnya terus menerus mendoakan saya agar Lulus di pilihan kedua(Padang)
dan ketiga(Medan), karena peluang pilihan pertama cukup kecil dan tidak ingin
saya Kuliah terlalu Jauh. Tapi ternyata takdir berkata lain, Alhamdulillah saya
lulus pilihan pertama dengan kata lain saya harus kuliah Jauh dari ibu, jauh
dari keluarga.
Selama tahun pertama di Bandung
saya selalu diwanti-wanti untuk tidak boleh kemana-mana, bahkan berstatus
“Wajib Lapor” kemanapun pergi ke Abang saya yang kuliah di Bandung Juga. Saya
mulai berontak dan tidak terima dengan semua itu. Masa mau pergi liburan
kemana-mana gak Boleh ?? Padahal saya sudah jauh-jauh kuliah ke Bandung tapi
gak boleh kemana-mana. WUFFFFTTTTT.
Ketika rasa tidak
terima itu menemui ujungnya, saya mulai melakukan perjalanan tanpa minta izin
dari orang tua. Perjalanan pertama saya waktu itu ke Jogja, saya minta izin
ketika saya sudah dijalan dan itu berhasil mambuat ibu saya ngomel habis2an
(maap ya mamakee :P). Tidak selesai sampai disitu, ketika Saya berniat
mengunjungin Kampung Inggris, Pare Kediri, You Know what ? saya mulai minta izin setahun sebelumnya, birokrasi perizinan nya cukup alot
mungkin karena saya akan tinggal di Pare selama sebulan namun pada akhirnya saya
yang menang karena tekad yang kuat,orang tua saya luluh dan mengijinkan. Selama
di Pare saya dan teman-teman juga merencanakan perjalanan ke Bali dan sudah bisa dipastikan bahwa orang tua saya
tidak akan mengizikan. Saya nekat pergi tanpa ijin dan
Alhamdulillah semua dilancarkan.
Saya paham betul
kenapa orang tua saya begitu over protective nya ke saya, sangat berbanding
terbalik perlakuannya kepada abang saya, mereka selalu memberikan kebebasan
kepada abang saya kemanapun dia pergi dengan alasan anak perempuan dan anak
laki-laki berbeda. Bagi anak perempuan ada yang “harus dijaga” sehingga itu
menjadi tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Banyak
orang tua yang berpikiran seperti itu, mungkin orang tua kalian juga ? but I
always trying to understand it.
Semakin bertambah
umur, saya mulai berani melakukan perjalanan-perjalanan diluar pengetahuan
orang tua saya (bandel ya? Hehehe). Take a risk and Always pray! mungkin itu
resiko saya yang punya orang tua yang over protective pada anaknya. Orang tua
yang selalu menganggap anak gadis kecil yang polos dan harus dilindungi padahal
tanpa mereka sadari anak gadisnya sudah bertransformasi menjadi wanita mandiri,
tangguh dan bertanggungjawab (ceilah). Hal itu membuat saya semakin berpikir dan menutar otak bagaimana caranya agar
tetap melakukan perjalanan tapi tanpa membuat orang tua saya khawatir. And i
Found the Key !
Kuncinya adalah
niat, ketika niat lo lurus, baik dan gak macem-macem. InshaAllah semua akan
dimudahkan dan dilancarkan walaupun tanpa izin orang tua (sesat yak gue),
Berdasarkan pengalaman sih itu juga. Bismillah aja, inshaAllah ada Allah yang
jaga. Pernah waktu saya pergi ke santolo (pantai garut ujung) awalnya ga mau
minta ijin karena males debat, tapi karena takut kualat jadi minta ijin pas
malem mau berangkat, di mobil. Dan bisa ketebak ibu saya ngomel2 sepanjang
perjalanan yang ngebuat mood berubah seketika. Belajar dari situ untuk perjalanan selanjutnya saya ga pernah pernah
minta ijin lagi( I take all of the
risk). Pernah
juga Waktu itu ke Pahawang (pantai ujung lampung), itu
perjalanan nya lumayan jauh dan beresiko. Saya cuma bilang ke adik saya kalo
saya mau liburan ke lampung, dan ketika partner trip saya tahu, dia kaget dan
bilang “Gila lo de gak ijin dulu, perjalanan kita jauh loh, ntar kalo lo
kenapa2 gimana?” dan saya cuma bisa nyengir HEHE. Alhamdulillah lancar perjalanan pergi dan
pulang tak kurang sesuatu apapun.
Saya mulai suka
traveling dan itu bertentangan dengan orang tua.Pada dasarnya Apapun yang saya
lakukan sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Ketika saya tidak
meminta izin bukan berarti saya tidak
mematuhi perintah orang tua, toh kan yang penting tidak
melenceng dari syariat Islam kan ? Saya juga udah berjanji bahwa kepercayaan
mereka tidak akan pernah saya ingkari.Di usia Saya yang sekarang, saya hanya butuh sebuah kebebasan dan kepercayaan.
Saya semakin suka traveling
karena menurut saya dengan traveling, kita bisa melihat dunia dari sisi yang
berbeda dari sebelumnya, bukan hanya sekedar pergi liburan dan ngabisin duit.
Dari sebuah perjalanan kita bisa menemukan jati diri, kita bisa melihat sisi
lain belahan dunia, kita bisa semakin sadar dan mensyukuri segala nikmat,
merenungi segala pencapaian dan memaknai hidup jauh lebih bijak. Dunia ini
terlalu indah untuk tidak dijelajahi. Dari setiap tempat yang dikunjungi akan
ada hal-hal yang menjadi pembelajaran dan instropeksi diri kedepannya.
So let’s Plan dan
Go Traveling ! (Jangan Lupa minta
izin orang tua nya dulu ya :P)
Jakarta, 22
November 2015
_newbie traveller_
(Ps : semoga ayah
dan Ibu ga baca tulisan ini :P)