Kejadian seperti ini terulang lagi untuk kesekian kalinya, entah sudah berapa kali saya dihadapkan pada situasi seperti ini, situasi dimana harus memlih antara dua pilihan yang kedua-dua nya merupakan pilihan yang penting dan wajib. Dari sekian banyak situasi serupa yang saya hadapi kali, ini mungkin situasi yang bisa dibilang "one of the most important" bagi saya.
Senin, 18 Maret 2013 seharusnya saya sudah mulai mengikuti pelatihan XL future Leader camp 3&4 (lanjutan dari camp 1&2) tapi saya memilih untuk tidak mengikuti pelatihan tersebut, kenapa ?? Ya, karena itu pilihan saya. Pilihan yang sulit antara ikut pelatihan dan tetap stay di nangor untuk segera menyelesaikan revisi skripsi dan bimbingan agar segera maju seminar, sesuatu yang menjadi sangat penting bagi saya saat ini.
Rasa bersalah dan menyesal sesekali muncul, bersalah karena udah sia-sia in kesempatan yang sudah dikasih sama pihak yayasan Karya Salemba Empat dan Donatur XL, kesempatan yang mungkin orang lain lebih berhak mendapatkannya, kesempatan yang mungkin tidak bisa diperoleh di tempat lain, kesempatan yang seharusnya menjadi bekal buat saya ketika menyandang gelar sarjana nanti. Menyesal karena pada akhirnya saya memang bener-bener harus memilih dan tidak bisa untuk tidak memilih, menyesal kenapa sampai sekarang keinginan untuk ikut itu masih ada, menyesal karena kenapa semua nya serba bentrok, kenapa semuanya serba bertabrakan, kenapa saya harus memilih ? Ya karena "Hidup itu Pilihan".
"Hidup itu Pilihan".
Terkadang saya benci dengan kata-kata ini, kenapa harus memilih kalau kita bisa mengikuti semuanya? kenapa harus memilih kalau kita boleh mengambil kedua nya ? kenapa harus memilih kalau ada solusi untuk tidak memlih? Mungkin saya terlalu egois.
Terkadang saya benci dengan kata-kata ini, kenapa harus memilih kalau kita bisa mengikuti semuanya? kenapa harus memilih kalau kita boleh mengambil kedua nya ? kenapa harus memilih kalau ada solusi untuk tidak memlih? Mungkin saya terlalu egois.
"Hidup Itu Pilihan".
Ketika menulis note ini saya sudah terlanjur menetapkan pilihan. Tidak ada gunanya untuk menyesal, yang saya harapkan sekarang adalah semoga pilihan yang saya ambil adalah benar-benar pilihan yang terbaik. Semoga dengan tidak ikutnya saya dalam pelatihan itu, revisi skripsi saya mengalami kemajuan yang signifikan sehingga bisa maju seminar secepatnya dan bisa lulus dengan nilai terbaik. semoga dengan tidak ikutnya saya dalam pelatihan itu masih ada kesempatan-kesempatan lain yang datang. Amin
Ketika menulis note ini saya sudah terlanjur menetapkan pilihan. Tidak ada gunanya untuk menyesal, yang saya harapkan sekarang adalah semoga pilihan yang saya ambil adalah benar-benar pilihan yang terbaik. Semoga dengan tidak ikutnya saya dalam pelatihan itu, revisi skripsi saya mengalami kemajuan yang signifikan sehingga bisa maju seminar secepatnya dan bisa lulus dengan nilai terbaik. semoga dengan tidak ikutnya saya dalam pelatihan itu masih ada kesempatan-kesempatan lain yang datang. Amin
"Hidup Itu Pilihan".
Ketika Pilihan itu muncul, yang dituntut adalah bagaimana kita bisa menentukan pilihan yang terbaik dan bagaimana kita bertanggung jawab atas pilihan yang kita pilih.
"Hidup itu Pilihan".
dibuat ba'da shubuh, 19 Maret 2013 disela-sela revisi skripsi, disaat temen-temen yang XL-FL yang lain mungkin sedang senam pagi disana